Organisasi Belajar
(The Learning Organization) atau terkadang diistilahkan juga sebagai Knowing Organization dipopulerkan oleh Peter M. Senge melalui karyanya
“The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning Organization” (1990) (http://tpers.net/?p=1043). Organisasi Belajar sebagai suatu organisasi di mana para anggota dari suatu organisasi secara terus menerus memperluas kemampuannya untuk terus berkeinginan belajar dan mengembangkan potensi diri (team learning).
Belajar dan oganisasi belajar adalah inti sukses masa depan. Organisasi yang akan terjaga eksistensinya adalah perusahaan yang mampu menumbuhkan komitmen bagi seluruh insan di dalam organisasi tersebut untuk belajar dan terus belajar. Suatu organisasi yang selalu siap belajar dikategorikan sebagai organisasi yang berada di tahapan antara
invention, innovation, development, dan
implementation.Peranan Teknologi bagi organisasi sangat penting. Terutama pada era sekarang yang menuntut kecepatan dan kepraktisan. Kita tidak hanya dapat belajar dari buku semata, akan tetapi juga dari media-media yang lain yang ada pada zaman sekarang ini misalnya dari internet, e-book, e-library, tele-edukasi, dan sebagainya.
Oleh karena itu tepat jika dikatakan bahwa, organisasi yang belajar tidak dapat lepas dari teknologi dalam membantu kinerjanya. Contohnya saja, dengan adanya teknologi informasi (internet), proses belajar (pelatihan) dalam suatu organisasi menjadi lebih fleksibel, tidak hanya terpaku di satu tempat dan dengan sistem tatap muka yang terkesan konvensional saja.
Pelatihan juga dapat diberikan melalui atau dimediai atau bahkan dengan sumber belajar internet sehingga para anggota di organisasi tersebut dapat mengikuti proses belajar atau pelatihan kapan saja (everytime) dan dimana saja (every where). Hal ini jelas membuktikan bahwa dengan teknologi untuk membantu pembelajaran dapat memperkecil biaya dan pembelajaran menjadi lebih fleksibel.
Belajar itu merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan manusia, begitupun di dalam suatu organisasi. Organisasi juga sangat perlu untuk belajar secara terus menerus demi meningkatkan kinerja organisasinya. Peningkatan kinerja organisasi ini sangatlah urgen karena melalui meningkatnya kinerja organisasi maka organisasi belajar tersebut dapat berkembang secara sistematis.
Di dalam organisasi belajar, setiap individu organisasi harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat apapun dalam organisasinya. Dengan kata lain setiap pekerjaan harus mengandung unsur pembelajaran yang semakin aktif.
Berdasarkan survai Prof. Adie
(http://tpers.net/?p=1043, 2003) tentang implementasi organisasi belajar (OB) dapat disimpulkan bahwa OB belum sepenuhnya diimplementasikan di perbankan (belum untuk konteks pendidikan). Karakteristik OB meliputi dinamika belajar baik individual dan organisasional, serta transformasi organisasi meliputi visi, strategi, dan budaya organisasi sudah cukup baik. Pemberdayaan staf dan knowledge manage cukup memadai. Namun aplikasi teknologi informasi dan sistem pembelajaran berbasis teknologi masih di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan belum optimalnya pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dan perangkat komputer yang ada untuk tujuan pembelajaran.
Dalam organisasi belajar untuk institusi pendidikan sedang gencar-gencarnya di dikembangkan dan dimanfaatkannya teknologi informasi dan komunikasi. Namun, kendala geografis, dukungan infrastruktur lain, dana, dan sumber daya ahli pengelola belum mencukupi. TIK untuk pembelajaran dan pengelolaan organisasi belajar harus semakin digalakkan dan diupayakan, dan pemerintah telah mengusahakannya meski belum optimal.
Kemajuan teknologi informasi berbasis elektronik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi perlu dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan pengetahuan dalam konteks Organisasi Belajar dan pengembangan dapat dilakukan dengan:
1.Membangun e-literacy dari seluruh pengelola, stakeholders, dan peserta didik untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi teknologi informasi sebaiknya dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas khususnya dalam pembelajaran melalui e-learning atau e-training.
2.Aplikasi teknologi informasi secara on-line system dengan menggunakan intrane yang memberikan kemudahan untuk berbagi informasi ke seluruh karyawan. Misalnya informasi internal seperti data pegawai/karyawan, sistem dan prosedur kerja, peraturan ketenagakerjaan, keputusan manajemen, saran dan pendapat para pengelola, serta informasi eksternal seperti jadwal perjalanan, acara huburan, daftar rumah sakit dan dokter. Dengan adanya intranet akan membantu pengelola memahami organisasi secara cepat dan akurat, dan sebaliknya manajemen dapat mengambil keputusan-keputusan berdasarkan informasi yang andal.
3.Untuk lebih mendayagunakan fungsi-fungsi organisasi belajar dan pengembangan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen lembaga, maka dapat pula membangun website pada setiap unit kerja yang disinergikan menjadi organization portal untuk meningkatkan kinerja organisasi.
4.Kebijakan manajemen yang menerapkan teknologi informasi untuk komunikasi perlu disosialisasikan kepada semua pihak, misalnya penggunaan e-mail seharusnya dilakukan untuk setiap komunikasi antara manajer dan pengelola, peserta didik, misalnya rapat, konferensi atau surat edaran.
Dalam era teknologi informasi yang makin canggih, maka aplikasi teknologi untuk memfasilitasi proses belajar dalam organisasi dengan berbagai pendekatan dan sumber daya perlu mendapat prioritas utama. Menurut Yusufhadi Miarso (2004), teknologi pembelajaran secara konseptual mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan organisasi belajar sebagai berikut:
a.Pengetahuan tentang pemecahan masalah belajar baik pada level individual maupun level organisasional
b.Penyediaan tenaga profesi (praktisi maupun akademisi) yang mampu mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar.
c.Aneka sumber daya belajar yang sengaja dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d.Sistem informasi yang diperlukan agar organisasi dapat memperoleh akses atas informasi yang terbaru secara cepat.
Apabila konsep teknologi pembelajaran telah diterapkan dalam suatu sistem pendidikan dan organisasi belajar, maka akan dapat dilihat ciri-ciri umum berikut:
1)Dimanfaatkannya sumber-sumber baru berupa orang, pesan, bahan, alat, teknik, dan latar yang memungkinkan orang untuk belajar secara terarah-terkendali.
2)Dilakukannya fungsi pengembangan yang meliputi penelitian perancangan, produksi, seleksi, logistik, penyebaran, dan penilaian dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar.
3)Dilaksanakannya fungsi pengelolaan atas organisasi dan personil yang melakukan suatu kegiatan pengembangan dan atau pemanfaatan sumber belajar.
4)Meningkatnya jenjang pengambilan keputusan belajar yang semua dilakukan oleh masing-masing guru kelas/pembina kegiatan belajar setempat, hingga pada tingkat penyusunan dan pengembangan kurikulum.
5)Timbulnya berbagai jenis pola instruksional dengan terintegrasinya sumber belajar baru dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar baru tersebut dapat berfungsi melalui guru, dapat berbagi peran dengan guru, dan dapat non-guru.
6)Timbulnya berbagai alternatif kelembagaan pendidikan dengan rentangan antara sekolah tradisional hingga jaringan belajar, dibedakan atas tiga kriteria: (a) Ketat tidaknya aturan penyelenggaraan lembaga tersebut dalam arti waktu, tempat, tenaga dan sarana; (b) Memusat atau menyebarnya kewenangan pengelolaan pembelajaran; (c)Keragaman sumber belajar yang dikembangkan dan dipakai.
7)Adanya standar mutu bahan ajaran dan tersedianya sejumlah pilihan bahan ajarnya yang mutunya terujikan.
8)Dilakukannya perencanaan dan pengembangan pembelajaran oleh para ahli yang khusus bertanggung jawab untuk itu dalam suatu kerjasama tim.
9)Tersedianya bahan ajaran dengan kualitas yang lebih baik, serta jumlah dan macam yang lebih banyak.
10)Dilakukannya penilaian dan penyempurnaan atas segala tahap dalam proses pembelajaran, serta dilaksanakan pengukuran hasil belajar berdasarkan penguasaan tujuan yang ditetapkan.
Tentu saja tidak semua ciri harus ada dalam setiap usaha penerapan konsep teknologi pembelajaran.
Sumber literatur: Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Noviyta Elliysa. Contoh Peran Penting Penerapan Organisasi Belajar. Dipublikasikan oleh Uwes Anis C. http://tpers.net/?p=1043. 6/10- 2008.