Minggu, Februari 25, 2024

Apakah Kita Guru yang Berhasil?

 

Apakah Kita Guru yang Berhasil?

 

Dalam era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, peran guru menjadi semakin penting dan kompleks. Guru sekarang dihadapkan pada tantangan baru yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Untuk menjawab pertanyaan apakah kita guru yang berhasil, perlu dilihat ciri-ciri khas dari era ini, pentingnya soft skill, dan peran kita sebagai pendidik dalam membentuk generasi yang berkualitas.

 Guru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan internet of things. Guru sekarang dihadapkan pada tuntutan untuk menguasai teknologi ini agar dapat memberikan pembelajaran yang relevan dan inovatif. Selain itu, era society 5.0 menekankan peran manusia dalam mengelola teknologi untuk kebaikan sosial. Guru perlu mengembangkan keterampilan kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas agar dapat membimbing siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.

 Pentingnya Soft Skill

Penelitian dari Harvard dan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 85% kesuksesan seseorang ditentukan oleh soft skill, bukan hanya hard skill. Soft skill melip
uti keterampilan interpersonal, komunikasi, kepemimpinan, dan adaptabilitas. Oleh karena itu, sebagai guru, penting bagi kita untuk mengembangkan soft skill siswa agar mereka siap menghadapi dunia kerja yang berubah dengan cepat dan kompleks.

Mencipta Individu yang Lengkap

Kodrat zaman tidak hanya mengenai mencari pekerjaan atau profesi, tetapi juga tentang integritas, kepribadian, dan kecerdasan sosial kita. Sebagai guru, tugas kita bukan hanya menciptakan "robot pekerja" yang hanya memiliki pengetahuan akademik, tetapi juga individu yang memiliki nilai-nilai etika, empati, dan kemampuan bergaul dengan orang lain. Kita harus mengajarkan siswa untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki tujuan hidup yang lebih besar daripada sekadar mencari uang.

 Tantangan dan Kenyataan di Dunia Pendidikan

Namun, dalam menjalankan peran sebagai guru, kita menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah ketidaknyamanan siswa dalam belajar di sekolah. Hal ini bisa disebabkan oleh metode pembelajaran yang monoton atau kurang interaktif. Selain itu, ada juga masalah sikap siswa yang lemah meskipun memiliki skor nilai yang tinggi, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan, dan orientasi siswa yang lebih fokus pada pencapaian finansial daripada pengembangan diri secara menyeluruh.

Di sisi lain, pekerjaan guru juga semakin kompleks dengan tugas administratif yang memakan waktu. Waktu yang dihabiskan untuk tugas administratif mengurangi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan siswa dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif. Hal ini dapat menghambat keberhasilan kita sebagai guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi kita sebagai guru untuk terus mengembangkan diri, mengikuti perkembangan terkini dalam pendidikan, dan mencari solusi yang inovatif. Kolaborasi antar guru, partisipasi dalam seminar dan pelatihan, serta pemanfaatan teknologi dalam tugas administratif dapat membantu mengoptimalkan peran kita sebagai pendidik.

Dalam kesimpulannya, menjadi guru yang berhasil tidak hanya berdasarkan pada keberhasilan akademik siswa, tetapi juga pada perkembangan soft skill, integritas, dan kecerdasan sosial mereka. Meskipun kita menghadapi berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, dengan komitmen dan inovasi dalam pendidikan, kita dapat menciptakan generasi muda yang tangguh, berkualitas, dan siap menghadapi masa depan yang penuh dengan perubahan dan tantangan.

 Referensi:

Harvard GraduateSchool of Education. (2017). Soft Skills and Technical Skills: What Employers Value Most. Diakses dari: https://www.gse.harvard.edu/news/uk/17/11/soft-skills-and-technical-skills-what-employers-value-most

Wibowo, A. (2020). The Importance of Soft Skills to Enhance Employability: A Study of Fresh Graduates in Indonesia. Jurnal Humaniora, 9(2), 201-211.

Minggu, September 17, 2023

PENGARUH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN TERHADAP ORGANISASI BELAJAR


Organisasi Belajar (The Learning Organization) atau terkadang diistilahkan juga sebagai Knowing Organization dipopulerkan oleh Peter M. Senge melalui karyanya “The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning Organization” (1990) (http://tpers.net/?p=1043). Organisasi Belajar sebagai suatu organisasi di mana para anggota dari suatu organisasi secara terus menerus memperluas kemampuannya untuk terus berkeinginan belajar dan mengembangkan potensi diri (team learning).

Belajar dan oganisasi belajar adalah inti sukses masa depan. Organisasi yang akan terjaga eksistensinya adalah perusahaan yang mampu menumbuhkan komitmen bagi seluruh insan di dalam organisasi tersebut untuk belajar dan terus belajar. Suatu organisasi yang selalu siap belajar dikategorikan sebagai organisasi yang berada di tahapan antara invention, innovation, development, dan implementation.

Peranan Teknologi bagi organisasi sangat penting. Terutama pada era sekarang yang menuntut kecepatan dan kepraktisan. Kita tidak hanya dapat belajar dari buku semata, akan tetapi juga dari media-media yang lain yang ada pada zaman sekarang ini misalnya dari internet, e-book, e-library, tele-edukasi, dan sebagainya.

Oleh karena itu tepat jika dikatakan bahwa, organisasi yang belajar tidak dapat lepas dari teknologi dalam membantu kinerjanya. Contohnya saja, dengan adanya teknologi informasi (internet), proses belajar (pelatihan) dalam suatu organisasi menjadi lebih fleksibel, tidak hanya terpaku di satu tempat dan dengan sistem tatap muka yang terkesan konvensional saja.

Pelatihan juga dapat diberikan melalui atau dimediai atau bahkan dengan sumber belajar internet sehingga para anggota di organisasi tersebut dapat mengikuti proses belajar atau pelatihan kapan saja (everytime) dan dimana saja (every where). Hal ini jelas membuktikan bahwa dengan teknologi untuk membantu pembelajaran dapat memperkecil biaya dan pembelajaran menjadi lebih fleksibel.

Belajar itu merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan manusia, begitupun di dalam suatu organisasi. Organisasi juga sangat perlu untuk belajar secara terus menerus demi meningkatkan kinerja organisasinya. Peningkatan kinerja organisasi ini sangatlah urgen karena melalui meningkatnya kinerja organisasi maka organisasi belajar tersebut dapat berkembang secara sistematis.

Di dalam organisasi belajar, setiap individu organisasi harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat apapun dalam organisasinya. Dengan kata lain setiap pekerjaan harus mengandung unsur pembelajaran yang semakin aktif.

Berdasarkan survai Prof. Adie (http://tpers.net/?p=1043, 2003) tentang implementasi organisasi belajar (OB) dapat disimpulkan bahwa OB belum sepenuhnya diimplementasikan di perbankan (belum untuk konteks pendidikan). Karakteristik OB meliputi dinamika belajar baik individual dan organisasional, serta transformasi organisasi meliputi visi, strategi, dan budaya organisasi sudah cukup baik. Pemberdayaan staf dan knowledge manage cukup memadai. Namun aplikasi teknologi informasi dan sistem pembelajaran berbasis teknologi masih di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan belum optimalnya pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dan perangkat komputer yang ada untuk tujuan pembelajaran.

Dalam organisasi belajar untuk institusi pendidikan sedang gencar-gencarnya di dikembangkan dan dimanfaatkannya teknologi informasi dan komunikasi. Namun, kendala geografis, dukungan infrastruktur lain, dana, dan sumber daya ahli pengelola belum mencukupi. TIK untuk pembelajaran dan pengelolaan organisasi belajar harus semakin digalakkan dan diupayakan, dan pemerintah telah mengusahakannya meski belum optimal.

Kemajuan teknologi informasi berbasis elektronik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi perlu dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan pengetahuan dalam konteks Organisasi Belajar dan pengembangan dapat dilakukan dengan:
1.Membangun e-literacy dari seluruh pengelola, stakeholders, dan peserta didik untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi teknologi informasi sebaiknya dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas khususnya dalam pembelajaran melalui e-learning atau e-training.

2.Aplikasi teknologi informasi secara on-line system dengan menggunakan intrane yang memberikan kemudahan untuk berbagi informasi ke seluruh karyawan. Misalnya informasi internal seperti data pegawai/karyawan, sistem dan prosedur kerja, peraturan ketenagakerjaan, keputusan manajemen, saran dan pendapat para pengelola, serta informasi eksternal seperti jadwal perjalanan, acara huburan, daftar rumah sakit dan dokter. Dengan adanya intranet akan membantu pengelola memahami organisasi secara cepat dan akurat, dan sebaliknya manajemen dapat mengambil keputusan-keputusan berdasarkan informasi yang andal.

3.Untuk lebih mendayagunakan fungsi-fungsi organisasi belajar dan pengembangan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen lembaga, maka dapat pula membangun website pada setiap unit kerja yang disinergikan menjadi organization portal untuk meningkatkan kinerja organisasi.

4.Kebijakan manajemen yang menerapkan teknologi informasi untuk komunikasi perlu disosialisasikan kepada semua pihak, misalnya penggunaan e-mail seharusnya dilakukan untuk setiap komunikasi antara manajer dan pengelola, peserta didik, misalnya rapat, konferensi atau surat edaran.

Dalam era teknologi informasi yang makin canggih, maka aplikasi teknologi untuk memfasilitasi proses belajar dalam organisasi dengan berbagai pendekatan dan sumber daya perlu mendapat prioritas utama. Menurut Yusufhadi Miarso (2004), teknologi pembelajaran secara konseptual mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan organisasi belajar sebagai berikut:
a.Pengetahuan tentang pemecahan masalah belajar baik pada level individual maupun level organisasional
b.Penyediaan tenaga profesi (praktisi maupun akademisi) yang mampu mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar.
c.Aneka sumber daya belajar yang sengaja dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d.Sistem informasi yang diperlukan agar organisasi dapat memperoleh akses atas informasi yang terbaru secara cepat.


Apabila konsep teknologi pembelajaran telah diterapkan dalam suatu sistem pendidikan dan organisasi belajar, maka akan dapat dilihat ciri-ciri umum berikut:
1)Dimanfaatkannya sumber-sumber baru berupa orang, pesan, bahan, alat, teknik, dan latar yang memungkinkan orang untuk belajar secara terarah-terkendali.
2)Dilakukannya fungsi pengembangan yang meliputi penelitian perancangan, produksi, seleksi, logistik, penyebaran, dan penilaian dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar.
3)Dilaksanakannya fungsi pengelolaan atas organisasi dan personil yang melakukan suatu kegiatan pengembangan dan atau pemanfaatan sumber belajar.
4)Meningkatnya jenjang pengambilan keputusan belajar yang semua dilakukan oleh masing-masing guru kelas/pembina kegiatan belajar setempat, hingga pada tingkat penyusunan dan pengembangan kurikulum.
5)Timbulnya berbagai jenis pola instruksional dengan terintegrasinya sumber belajar baru dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar baru tersebut dapat berfungsi melalui guru, dapat berbagi peran dengan guru, dan dapat non-guru.
6)Timbulnya berbagai alternatif kelembagaan pendidikan dengan rentangan antara sekolah tradisional hingga jaringan belajar, dibedakan atas tiga kriteria: (a) Ketat tidaknya aturan penyelenggaraan lembaga tersebut dalam arti waktu, tempat, tenaga dan sarana; (b) Memusat atau menyebarnya kewenangan pengelolaan pembelajaran; (c)Keragaman sumber belajar yang dikembangkan dan dipakai.
7)Adanya standar mutu bahan ajaran dan tersedianya sejumlah pilihan bahan ajarnya yang mutunya terujikan.
8)Dilakukannya perencanaan dan pengembangan pembelajaran oleh para ahli yang khusus bertanggung jawab untuk itu dalam suatu kerjasama tim.
9)Tersedianya bahan ajaran dengan kualitas yang lebih baik, serta jumlah dan macam yang lebih banyak.
10)Dilakukannya penilaian dan penyempurnaan atas segala tahap dalam proses pembelajaran, serta dilaksanakan pengukuran hasil belajar berdasarkan penguasaan tujuan yang ditetapkan.
Tentu saja tidak semua ciri harus ada dalam setiap usaha penerapan konsep teknologi pembelajaran.


Sumber literatur:

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Noviyta Elliysa. Contoh Peran Penting Penerapan Organisasi Belajar. Dipublikasikan oleh Uwes Anis C. http://tpers.net/?p=1043. 6/10- 2008.


Minggu, September 03, 2023

Koneksi antara Diferensiasi, KSE, dan Caoching untuk Supervisi Akademik (sebuah proses yang mencerahkan)

 

Coaching berhubungan erat dengan Sistem among yang dikemukakan KHD. Akan sangat bermakna apabila coach adalah role model bagi bagi coacheenya, kepada murid, rekan sejawat bahkan kepada keluarganya. Coach menjadi jembatan penemuan dan pembangkitan potensi coachee. Kesadaran akan potensi dan “karakteristik” tiap individu serta memberikan dukungan dan feedback konstruktif untuk membantu coachee memperbaiki kinerja mereka dan mencapai tujuan mereka, ini sejalan dengan filosofi pendidikan yang memerdekakan.


Meski coaching bukan hal baru, karena kami pernah menjadi pengajar praktik (PP) pada PGP angkatan 4, pengalaman berbeda sungguh kami alami. Peran sebagai CGP lebih sering melakukan coaching kepada rekan sejawat dan murid.

Belajar coaching bukan saja membantu coachee, lebih dari itu, sesungguhnya membantu saya untuk menggali potensi yang saya miliki. Ketika memberikan umpan balik yang bermakna, ini juga serasa memberikan umpan balik pada diri sendiri. Selalu berusaha memotivasi diri sendiri, sehingga perubahan positif mengalir terjadi dalam proses bersosialisasi di sekolah maupun luar sekolah. Kami sudah menjauhi asumsi, judgement, termasuk mengerem “menatar” coachee.

Alur TIRTA kadang terlewat, terbolak balik, kami butuh jam terbang untuk semakin matang. Alur coaching yang terstruktur mudah dilakukan jika kita terus berproses, sering melakukan coaching.

Tentu masih ada yang perlu diperbaiki. Menjadi pendengar yang fokus, menemukan kata kunci dan menambah perbendaharaan pertanyaan berbobot, itu semua yang harus terus dikuatkan.

Sebagai coach, kita dapat membantu murid dalam memahami gaya belajar mereka sendiri, mengembangkan keterampilan belajar yang efektif, dan mencapai potensi belajar yang optimal. Tentunya juga dapat membantu murid dalam mengidentifikasi kekuatan mereka dan membangun rasa percaya diri yang positif, sehingga murid dapat merasa lebih termotivasi dan berhasil dalam pembelajaran dan kehidupan mereka.

Kita menghadapi tantangan bersama rekan sejawat, PSE ini bagi sebagian guru masih berkesan memanjakan, sebagian lain melihat program ini juga akan “layu”seperti halnya nasib kurikulum yang lain. Jadi, memang selalu ada pesimisme di kalangan rekan sejawat. Tak semua orang mau keluar dari zona nyaman, karena merasa sudah aman, mapan, dan nyaman.

Bagaimana dengan supervisi? Ya selama ini, supervisi baru sebatas kepentingan administrasi tahunan, meskipun ada juga rekan-rekan yang melihat supervisi adalah sarana memperbaiki, ini yang masih perlu penguatan. Setelah mengikuti modul 2 ini, maka jika saya diberi kesempatan untuk melakukan supervisi, saya akan fokus pada kekuatan dan potensi yang saya miliki sekaligus “menguatkan” guru yang disupervisi. Saya akan mengajukan pertanyaan reflektif yang membantu guru untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi gagasan mereka sendiri dan mencapai solusi yang berbasis pada gagasan mandiri.

Berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, saya mencoba mengenal setiap murid secara pribadi dengan memperhatikan keunikan mereka dalam hal kekuatan, minat, dan tantangan yang dihadapi. Saya mencoba mengolah “menu belajar” dengan konten, proses, dan produk yang variatif serta memerhatikan aspirasi murid kami. Kelas yang nyaman adalah dambaan, maka apreasi pada capaian kerja murid dan mengembangkan empati adalah penguatan KSE yang berbobot.

Selanjutnya, mari berproses dengan modul berikutnya, modul 3. Kami harus memunculkan dan mengembangkan program belajar, program sekolah yang menjangkau segala aspek pendidikan dan kebutuhan murid.

Jumat, Juli 14, 2023

Keyakinan Kelas sebagai Budaya Positif Sekolah Kami

'Kedamaian dan kebahagiaan akan diraih dengan keyakinan dan disiplin diri"

Menyongsong tahun ajaran baru, 2023/2024 sejumlah agenda telah disusun, saat Kurikulum Merdeka memasuki tahun kedua di sekolah kami, SMA Negeri 13 Semarang. Tak ada yang lebih istimewa selain persiapan menyambut murid baru. Wajah pemuda pemudi harapan bangsa yang penuh dengan cita-cita.

Saya pun sebagai pendidik bersemangat, sebagai guru dan fasilitator program guru penggerak apalagi sebagai calon guru penggerak jalur rekognisi. IKM sedang m
enjadi isu besar, topik yang ramai dibahas, disebarluaskan dengan banyak pola, melalui workshop, lokakarya, in house training, dan berbagai pola lainnya. 

Tentu saja yang paling menantang adalah mempraktikkan pola pembelajaran ala kurikulum merdeka. Pendekatan yang berpihak pada murid, bagaimana guru menjadi penuntun yang membersamai murid sepenuh hati. Meski harus diakui, tiap ada berbeda potensi, minat, bakat, dan problematika fisik-psikisnya. Kalau hari ini, kita berbicara tentang bagaimana mengatur murid dengan sejumlah aturan sekolah yang diberi judul tata tertib, tampaknya sudah tidak relevan. Relevan atau tidak, dapat dilihat dari; pertama, apakah ada unsur hukuman dalam tata tertib, kedua, apakah tata tertib ini disusun oleh pihak sekolah (satu pihak saja) tanpa memerhatikan aspirasi murid. 

Bolehlah saya ingin idealis dengan peran saya sebagai fasilitator, CGP rekognisi, pembina pramuka, dan guru. Ketika program PGP ini bergulir, lalu memelajari sejumlah modul, melihat aksi nyata guru di berbagai sekolah, mengikuti workshop, pikiran dan batin saya seperti disadarkan dari mimpi yang lama. Maka, kalau dulu mengajar itu transfer ilmu, maunya mengatur murid dengan aturan sekolah, maunya menghukum murid yang melanggar, maunya di dengar dan dipatuhi. Kini, saya yakin bahwa kesediaan guru mau menampung aspirasi murid adalah pembuka keran komunikasi yang produktif. Bukan saja berdampak jangka pendek, ini akan mengendap dalam jangka panjang, hingga murid-murid ini pun menapaki kedewasaan dan suatu saat menjadi orangtua juga seperti kami. Inilah yang kemudian disebut berpihak bagi murid untuk masa depan yang lebih indah.

Singkatnya, dimulailah apa yang disebut keyakinan kelas, atau kesepakatan kelas. Meski murid sedang liburan, akhir Juni hingga pertengahan Juli ini, ada sejumlah diklat yang saya ikuti. Sehingga perlu mencermati juga dalam manajemen kegiatan. Aksi Nyata membuat keyakinan kelas bersama murid, saya lakukan bersama-sama adik-adik pramuka, sehingga ini bukan di dalam satu rombel, ini adalah para pengurus pramuka di sekolah kami. Kegiatan kami awali dengan menjaring harapan positif (sesuatu yang ingin diraih) dan harapan negatif (sesuatu yang tak ingin terjadi). Mereka lebih kurang 15 orang menuliskan harapannya pada kertas pos-it lalu menempelkan pada kertas plano. Kami baca bergantian, saling memberikan komentar, ada muka sedih, senang, kecewa, wajah yang tertunduk seperti hendak menangis, kemarahan yang terpendam. Itu semua membutuhkan penguatan, itulah tugas kita, guru si penuntun.

Keyakinan kelas hampir serupa dengan kontrak belajar. Penekanannya, keyakinan kelas cenderung menghilangkan kalimat negatif atau kalimat yang berupa larangan. Keyakinan kelas lebih menekankan pada kalimat-kalimat positif yang bersifat universal. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan positif. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.

Secara sederhana, merumuskan keyakinan kelas yang kami tempuh adalah sebagai berikut:

1. Murid menulis keyakinan yang mereka inginkan (bersumber dari pengamatan, pikiran, dan perasaan).

Guru mengajak murid menuliskan keyakinan atau pertanyaan universal yang mereka inginkan selama proses pembelajaran satu semester ke depan. Hal ini penting untuk menampung keinginan siswa agar lebih semangat dalam belajar.

2. Guru dan murid menjabarkan keyakinan yang telah ditulis. Setelah mendengar dan mencatat aspirasi murid, proses merumuskan keyakinan kelas dapat dilanjutkan dengan mengulas keyakinan kelas.

3. Guru dan siswa memilah keyakinan yang paling penting. Tahap selanjutnya adalah memilah keyakinan kelas yang penting. Akan kita temukan beberapa kata yang mirip, kita dapat memilih yang paling familiar.

4. Menegaskan keyakinan kelas menjadi kalimat positif. Kemudian, proses merumuskan keyakinan kelas lanjut ke tahap mengubah keyakinan kelas yang telah ada menjadi kalimat positif.

5. Mengecek dan menyepakati keyakinan kelas.Tahap terakhir adalah mengecek kembali keyakinan kelas dan menyepakatinya. Tujuannya menghila ngkan kerancuan dan keraguan, yang selanjutnya seluruh pihak di kelas (siswa serta guru) dapat menegakkan keyakinan kelas dengan penuh kesungguhan.

Singkatnya, terbitlah keyakinan dan komitmen kami sebagai pengurus pramuka di SMA Negeri 13 Semarang. Kata kunci dalam keyakinan kami adalah: kesediaan berbagi dan mengingatkan, kerelaan menjalankan tugas, kebersamaan dalam penuntasan kewajiban, dan saling membahagiakan. 

Pada hari Selasa, 11 Juli saya berkesempatan mendesiminasikan 2 topik penting dihadapan rekan sejawat kami, yaitu 1) Platform Merdeka Mengajar, 2) Menyusun Keyakinan Kelas menyambut tahun ajaran baru yang mencerahkan. Kegiatan ini kami rekan dengan durasi hampir 2 jam, sebagian untuk mendiskusikan PMM, dan sebagian lagi tentang Keyakinan Kelas. Meski belum sampai simulasi


bersama guru, paling tidak kami sajikan proses membuat keyakinan kelas yang dimulai dengan adik-adik pramuka. Video dan photo yang dipaparkan selama sesi diskusi tentu untuk menguatkan pesan tahapan-tahapan menyusun keyakinan kelas. Akhirnya semua berharap bahwa tahun ajaran baru, wali kelas dan guru dapat menerapkan pembelajaran berpihak pada murid, dimulai dari menyusun keyakinan kelas. 

"serulah dirimu untuk berbuat baik, lakukan terus seperti memberi air, memupuk, membersihkan gulma, maka kebaikan itu akan kembali padamu jua"

Minggu, Juni 11, 2023

PROGRAM GURU PENGGERAK ANGKATAN 8 (edisi menjadi Fasilitator)

Kelas B PGP
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 di mulai dengan kegiatan Pembukaan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 8 pada hari Rabu, 10 Mei 2023. Pembukaan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dilaksanakan secara virtual menggunakan video conference dan live streaming youtube oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, B.A, M.B.A., Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. sebagai Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan, Dr. Praptono, M.Ed. selaku Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan. Di lanjutkan Orientasi Program PGP Angkatan 8 oleh BBGP Prov. Jawa Tengah. Pendidikan Guru Penggerak dilaksanakan selama 6 bulan dengan rangkaian kegiatan yang harus dilalui dari mempelajari Modul secara mandiri di LMS, mengikuti kegiatan forum diskusi yang dilaksanakan secara daring bersama fasilitator dan dilanjutkan diskusi materi Elaborasi Pemahaman/Kolaborasi Antar Materi bersama Instruktur secara virtual menggunakan GMeet.

Selanjutnya, pada hari Kamis, tanggal 11 Mei 2023 dilaksanakan Pret-Test untuk peserta PGP angkatan 8, untuk mengukur kemampuan Calon Guru Penggerak sebelum mempelajari materi dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah di jadwalkan di LMS. 

Kegiatan Lokakarya Orientasi dilaksanakan secara luring pada hari Sabtu, 13 Mei 2023 di SMK Muhammadiyah Borobudur. Kegiatan Lokakarya Orientasi ini di hadiri oleh Kepala BBGP Provinsi Jawa Tengah, Kasi SMA Cabang Dinas Wilayah VIII, beberapa pejabat di lingkungan Kabupaten Magelang, Pengawas dan Kepala Sekolah tempat Calon Guru Penggerak melaksanakan tugas mengajar.

Adapun 2 pekan pertama, aktivitas kami dalam alur MERDEKA, meliputi; Mulai dari mempelajari modul 1.1. tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2023, Konsep di forum diskusi yang dipimpin dan dipandu oleh fasilitator, dari kegiatan Mulai dari diri dan Eksplorasi konsep ini kami mengetahui dan mulai memahami tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran, kami diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan sesama teman Calon Guru Penggerak.Setelah kita Mulai Dari Diri dan Eksplorasi yang dilaksanakan secara diskusi selanjutnya kita berdiskusi dengan fasilitator pada modul 1.1 a.4.1 eksplorasi konsep yang dilaksanakan secara virtual melalui google meet. pada tanggal 15 Mei 2023.
Dua pekan sudah mulai 10-25 Mei 2023 mengasah diri melalui LMS tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara bersama fasilitator. Adapun serangkaian kegiatan yang dipelajari dalam LMS, adalah mulai dari diri (15 Mei 2023), eksplorasi konsep (16 Mei 2023), Ruang kolaborasi (17-19 Mei 2023), demonstrasi kontekstual elaborasi pemahaman (25 Mei 2023) yang disampaikan oleh instruktur Pangarso Yuliatmoko yang diadakan melalui Google Meet tentang pemahaman secara mendalam konsep dasar pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan abad 21, koneksi antar materi (kesimpulan dan refleksi), serta aksi nyata yang telah saya lakukan.

Saya membersamai 27 Calon Guru Penggerak dan 4 Pengajar Praktik dari Kabupaten Magelang.Seperti perasaan para CGP yang tersaji dalam Jurnal refleksi, saya juga merasakan sejuta rasa, campur aduk. Karena pada saat yang sama, sekalipun sebagai fasilitator, saya juga berperan sebagai CGP rekognisi (penyetaraan), melakukan fasilitasi PMM bagi rekan-rekan guru, dan mengikuti studi lanjut S3 di Universitas Negeri Semarang.
Para CGP ini sebetulnya lebih dari cukup untuk disebut guru berpengalaman, pengalaman dalam banyak hal. Meski baru menjadi CGP, bukan berarti mereka belum menerapkan merdeka belajar dan kurikulum merdeka. Guru-guru ini dengan segala tugasnya di sekolah, telah berperan untuk mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan. Momentum sebagai CGP adalah semacam Upgrading, menguatkan diri, dan boleh dibilang menjadi wahana persiapan untuk peran kepemimpinan pendidikan lainnya (semisal: sebagai kepala sekolah atau pengawas). Gagasan dalam sesi WA grup maupun ruang virtual lainnya begitu mencerahkan, ada saja ide best practice maupun ide baru yang mungkin segera bisa diterapkan. Saya belajar dari bapak dan ibu CGP. 

Seiring dengan kekuatan besar, datang juga tanggung jawab yang besar. 

DARI MASA KE MASA




DOAKU

Ya ...Alloh, rachmatilah saudaraku dimanapun berada, tentramkanlah keluarganya, berkahilah rizkinya dan kesehatannya, kuatkanlah iman-takwanya, tinggikan derajatnya, kabulkanlah doa-doanya, serta ampunilah dosa-kekhilafanku!

Semoga kehidupan kita hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini...aamin.

Atur Pembuka


Selamat datang di kawasan wajib senyum. Mari berbicara dari hati ke hati.
Ada hal-hal yang kurang berkenan itu wajar, dan ketidakpuasan juga hal wajar.
Hujan berganti kemarau, mari disambut dengan lapang dada karena memang sumuk... Bismillah.
"Sedetik dimata, selamanya di Jiwa"
Salam Pramuka!